Pengertian Six Sigma
Secara umum, Six Sigma adalah suatu metodologi yang dipergunakan untuk melakukan upaya perbaikan dan peningkatan proses yang berkesinambungan atau terus menerus (Continuous Improvement). SIX SIGMA berasal dari kata SIX yang berarti enam (6) dan SIGMA yang merupakan satuan dari Standard Deviasi yang juga dilambangkan dengan simbol σ, Six Sigma juga sering di simbolkan menjadi 6σ. Makin tinggi Sigma-nya, semakin baik pula kualitasnya. Dengan kata lain, semakin tinggi Sigma-nya semakin rendah pula tingkat kecacatan atau kegagalannya. Seperti Tabel konversi Sigma dibawah ini.
Secara umum, Six Sigma adalah suatu metodologi yang dipergunakan untuk melakukan upaya perbaikan dan peningkatan proses yang berkesinambungan atau terus menerus (Continuous Improvement). SIX SIGMA berasal dari kata SIX yang berarti enam (6) dan SIGMA yang merupakan satuan dari Standard Deviasi yang juga dilambangkan dengan simbol σ, Six Sigma juga sering di simbolkan menjadi 6σ. Makin tinggi Sigma-nya, semakin baik pula kualitasnya. Dengan kata lain, semakin tinggi Sigma-nya semakin rendah pula tingkat kecacatan atau kegagalannya. Seperti Tabel konversi Sigma dibawah ini.
Istilah dalam Konsep Six Sigma
1.
Black Belts
Merupakan pemimpin tim yang bertanggung jawab untuk pengukuran,
analisis, peningkatan, dan pengendalian proses-proses kunci yang mempengaruhi
kepuasan pelanggan dan/atau pertumbuhan produktivitas.
2.
Green Belts
Serupa dengan Black Belts, tetapi posisinya tidak penuh
waktu.
3.
Master Black
Belts
Guru yang melatih Black Belts, sekaligus merupakan
konsultan proyek Six Sigma yang sedang ditangani oleh Black Belts. Kriteria
pemilihan dari Master Black Belts adalah ketrampilan analisis kuantitaif,
kemampuan mengajar dan memberikan konsultasi tentang manajemen proyek yang
berhasil. Master Black Belts merupakan posisi penuh waktu.
4.
Champion
Dalam struktur Six Sigma, Champion merupakan individu
yang berada pada manajemen atas yang memahami Six Sigma dan bertanggung jawab
untuk keberhasilan dari Six Sigma itu.
5.
Critical to
Quality
Merupakan bagian dari suatu produk. Proses atau praktek-praktek yang
berdampak langsung pada kepuasan pelanggan.
6.
Defect
Kegagalan memberikan apa yang diinginkan oleh
pelanggan.
7.
Defect Per
Million Opportunities (DPMO)
Ukuran kegagalan dalam Six Sigma yang menunjukkan
kegagalan per sejuta kesempatan. Pemahaman terhadap DPMO ini sangat penting
dalam pengukuran keberhasilan aplikasi program Six Sigma.
8.
Process
Capability
Suatu ukuran kinerja kritis yang menunjukkan
kemampuanmenghasilkan output sesuai dengan spesifikasi produk yang ditetapkan
oleh manajemen berdasarkan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.
9.
Variation
Proses yang pelanggan lihat dan rasakan pada saat terjadi
transaksi antara pemasok dan pelanggan itu. Semakin sedikit variasi akan
semakin disukai, karena menunjukkan konsistensi dalam kualitas. Variasi
mengukur suatu perubahan dalam proses atau praktek-praktek bisnis yang mungkin
mempengaruhi hasil yang diharapkan.
10.
Stable
Operation
Proses-proses yang dapat diperkirakan dan dikendalikan
guna meningkatkan ekspektasi pelanggan.
11.
Design For
Six Sigma (DFSS)
Merupakan suatu metodologi sistematik yang menggunakan
peralatan, pelatihan dan pengukuran untuk memungkinkan pemasok mendesain produk
yang memenuhi ekspektasi dan kebutuhan pelanggan serta dapat diproduksi dan
dioperasikan pada tingkat kualitas Six Sigma.
12.
Define,
Measure, Analyze, Improve and Control (DMAIC)
Merupakan proses untuk peningkatan terus-menerus
menuju target Six Sigma.
Konsep Six Sigma
Terdapat enam aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam aplikasi konsep Six
Sigma yaitu :
1.
Identifikasi
pelanggan anda.
2.
Identifikasi
produk anda.
3.
Identifikasi
kebutuhan anda dalam memproduksi produk untuk pelanggan anda.
4.
Definisikan
proses anda.
5.
Hindarkan
kesalahan dalam proses anda dan hilangkan semua pemborosan yang ada.
6.
Meningkatkan
proses anda secara terus-menerus menuju target Six Sigma.
Langkah-Langkah Implementasi Proyek Peningkatan Kualitas
Six Sigma
Proyek peningkatan kualitas Six Sigma harus melibatkan secara intensif
antara manajemen dari tingkat atas sampai tingkat bawah dan akan ditangani
langsung oleh Black Belts sebagai pemimpin tim manajemen proyek. Implementasi
proyek peningkatan kualitas Six Sigma mengikuti empat tahap :
1.
Identifikasi
Tujuan dari tahap identifikasi adalah mengidentifikasi
bisnis-bisnis kunci dari perusahaan. Tanggung jawab dari tahap ini berada pada
manajemen dan Master Black Belts. Tahap identifikasi terdiri dari dua langkah :
a.
Recognize
(Pengenalan)
Identifikasi proses dari bisnis-bisnis kunci yang
berkaitan langsung dengan pelanggan yang dilakukan oleh manajemen dan Master
Black Belts. Fungsi dari tahap ini adalah memudahkan perusahaan untuk
mengetahui bagaimana proses-proses bisnis kunci itu mempengaruhi profitabilitas
dan kemudian mendefinisikan apa yang menjadi Critical to Business Process.
b.
Define
(Mendefinisikan)
Untuk mendefinisikan rencana-rencana yang harus dilakukan
guna melaksanakan peningkatan dari setiap tahap proses bisnis kunci itu.
Tanggung jawab dari definisi proses bisnis kunci berada pada manajemen dan
Master Black Belts.
2.
Karakterisasi
Tujuan dari tahap karakterisasi adalah membantu
menetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh perusahaan melalui proyek
peningkatan kualitas Six Sigma. Tahap karakterisasi terdiri dari dua langkah
yaitu :
a.
Measure
(Pengukuran)
1)
Memilih
Karakteristik Critical to Quality, kunci yang berhubungan langsung dengan
kebutuhan pelanggan.
2)
Mendefinisikan
standar-standar pengukuran.
3)
Melakukan
validasi terhadap sistem pengukuran.
b.
Analyze
(Menganalisis)
1)
Menetapkan
kapabilitas proses.
2)
Mendefinisikan
target-target kinerja.
3)
Mengidentifikasi
sumber-sumber variasi.
3.
Optimasi
Tujuan dari tahap optimasi adalah mengidentifikasi langkah-langkah
yang dibutuhkan untuk dilaksanakan dalam meningkatkan suatu proses dan
menurunkan sumber-sumber utama penyebab variasi.
Pada umumnya, Black Belts akan memeriksa
variabel-variabel yang terkait dengan prinsip 7M. 7M terdiri dari :
a.
Manpower
(Tenaga Kerja) : berkaitan dengan ketrampilan kerja.
b.
Machine
(Mesin-Mesin) : berkaitan dengan sistem perawatan preventif terhadap
mesin-mesin produksi, termasuk fasilitas dan peralatan lain.
c.
Method (Metode
Kerja) : berkaitan dengan metode kerja yang benar, mengikuti prosedur-prosedur
kerja yang ditetapkan.
d.
Material (Bahan
Baku dan Bahan Penolong) : berkaitan dengan kualifikasi dan keseragaman bahan
baku dan bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi, serta penanganan
terhadap bahan baku dan bahan penolong tersebut.
e.
Media :
berkaitan dengan tempat dan waktu kerja yang memperhatikan aspek-aspek
kebersihan, kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan kerja yang kondusif.
f.
Motivation
(Motivasi) : berkaitan dengan sikap kerja yang benar dan profesional (kreatif,
proaktif, mampu bekerja sama dalam tim, dll) yang dalam hal ini akan sangat
tergantung pada sistem balas jasa dan penghargaan terhadap tenaga kerja.
g.
Money (Uang) :
berkaitan dengan dukungan keuangan yang mantap guna memperlancar proyek
peningkatan kualitas Six Sigma yang akan diterapkan.
Tahap optimasi terdiri dari dua langkah :
a. Improve (Memperbaiki)
Dalam langkah ini Black Belts sebagai
penanggung jawab harus kreatif dalam mencari cara-cara baru untuk meningkatkan
proses agar menjadi lebih baik, lebih efisien, dan lebih cepat. Dengan kata
lain, improve akan meningkatkan bagian-bagian sistem mencapai sasaran kerja.
Dalam langkah improve terdapat tiga hal pokok yang harus dikerjakan:
1)
Mengetahui
penyebab potensial yang menyebabkan variasi proses.
2)
Menemukan
hubungan variabel-variabel kunci penyebab variasi.
3)
Menetapkan
batas-batas toleransi operasional.
b. Control (Pengendalian)
Terdapat tiga hal pokok yang harus
dilakukan dalam langkah pengendalian yaitu :
1)
Melakukan
validasi terhadap sistem pengukuran.
2)
Menentukan
kapabilitas proses yang telah tercapai sekarang.
3)
Menerapkan
rencana-rencana pengendalian proses.
4.
Institusionalisasi
Tahap institusionalisasi merupakan tanggung jawab
manajemen dan Master Black Belts. Tahap ini terdiri dari dua langkah yaitu :
a.
Standarisasi
Tujuan dari tahap ini adalah menstandarisasi sistem yang
telah terbukti terbaik dalam bisnis kelas dunia.
b.
Integrate
(Mengintegrasikan)
Tujuan dari langkah integrate adalah mengintegrasikan
metode-metode standar dan proses ke dalam siklus desain, di mana salah satu
prinsip dari Design For Six Sigma (DFSS) adalah bahwa proses desain harus
menggunakan komponen-komponen yang ada, proses-proses dan praktek-praktek yang
telah terbukti terbaik dalam kelasnya.
Alat Analisis untuk Six Sigma dan Peningkatan
Berkelanjutan
1.
Diagram alir :
digunakan untuk menggambarkan langkah-langkah sebagai bagian dari analisis SIPOC
(Supplier, Input, Process, Output, Customer). SIPOC pada intinya disusun oleh
model input-output untuk menggambarkan langkah suatu proyek.
2.
Tabel berjalan
: membantu memahami pentingnya suatu masalah dengan menggambarkannya dalam
tabel menurut tingkatannya.
3.
Tabel Pareto :
tabel ini membantu memecahkan masalah dengan mengelompokkan masalah ke dalam
batasan tertentu.
4.
Checksheets :
bentuk dasar yang membantu menstandarisasi pengumpulan data.
5.
Diagram
sebab-akibat : diagram yang menunjukkan hubungan penyebab potensial dengan
masalah yang dihadapi.
6.
Diagram alir
kesempatan : diagram yang digunakan untuk memisahkan nilai tambah dengan yang
bukan nilai tambah dalam suatu proses.
7.
Tabel pengendalian
: tabel hubungan waktu yang menunjukkan statistik nilai rata-rata sebuah batas
kendali.
-
Six Sigma
adalah usaha yang terus menerus untuk mengurangi pemborosan, menurunkan
variansi dan mencegah cacat. Six sigma merupakan sebuah konsep bisnis yang
berusaha untuk menjawab permintaan pelanggan terhadap kualitas yang terbaik dan
proses bisnis yang tanpa cacat. Kepuasan pelanggan dan peningkatannya menjadi
prioritas tertinggi, dan Six sigma berusaha menghilangkan ketidakpastian
pencapaian tujuan bisnis. Untuk lebih mudahnya six sigma dapat dijelaskan dalam
dua perspektif, yaitu perspektif statistik dan perspektif metodologi.
Perspektif Statistik, sigma dalam statistik dikenal sebagai standar deviasi
yang menyatakan nilai simpangan terhadap nilai tengah. Suatu proses dikatakan
baik apabila berjalan pada suatu rentang yang disepakati. rentang tersebut
memiliki batas, batas atas atau USL (Upper Specification Limit) dan batas bawah
atau LSL (Lower Specification Limit) proses yang terjadi diluar rentang disebut
cacat (defect).
-
Proses Six
Sigma adalah proses yang hanya menghasilkan DPMO (defect permillion
opportunity). Six Sigma merupakan pendekatan menyeluruh untuk menyelesaikan
masalah dan peningkatan proses melalui fase DMAIC (Define, Measure, Analyze,
Improve, Control). DMAIC merupakan jantung analisis six sigma yang menjamin
voice of costumer berjalan dalam keseluruhan proses sehingga produk yang
dihasilkan memuaskan pelanggan.
-
Define
adalah fase menentukan masalah, menetapkan persyaratan-persyaratan pelanggan,
mengetahui CTQ (Critical to Quality). Fase ini tidak banyak menggunakan
statistik, tools statistik yang sering dipakai pada fase ini adalah diagram
cause & effect dan diagram pareto. kedua tool statistik tersebut digunakan
untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan prioritas
masalah.
-
Measure
adalah fase mengukur tingkat kecacatan pelanggan (Y). Fase mengukur tingkat
kinerja saat ini, sebelum mengukur tingkat kinerja biasanya terlebih dahulu
melakukan analisis terhadap sistem pengukuran yang
digunakan.
-
Analyze adalah
fase menganalisis faktor-faktor penyebab masalah/cacat (X). Masalah-masalah
yang timbul terkadang sangat kompleks sehingga membuat kita bingung mana yang
akan kita selesaikan.
-
Improve adalah
fase meningkatkan proses (X) dan menghilangkan faktor-faktor penyebab cacat. Pada fase improve banyak melibatkan uji Design of
Experiment (DoE). DoE merupakan suatu uji dengan mengubah-ubah variabel faktor
sehingga penyebab perubahan pada variabel respon diketahui.
-
Control
adalah fase mengontrol kinerja proses (X) dan menjamin cacat tidak muncul. Tool
yang umum digunakan adalah diagram kontrol. fungsi umum diagram kontrol adalah
sebagai berikut :
1)
Membantu
mengurangi variabilitas b.
2)
Memonitor
kinerja setiap saat c.
3)
Memungkinkan
proses koreksi untuk mencegah penolakan